PSSI Dipertanyakan, Federasi Sepak Bola Apa Makelar?
Wind Feynman - Final Liga 1 Gojek udah dimuka mata, 2 team paling besar ialah Persija Jakarta serta PSM Makassar dapat memerankan pertandingan paling akhir yg dikerjakan pada Minggu 9 Desember 2018. Persija Jakarta yg mengkoleksi 59 point ditempatkan pada Partner Kukar di Gedung olahraga Bung Karno. Perselisihan 1 point pada pesaing beda pulau, PSM Makassar yg seringkali di panggil Juku Eja mesti melayani PSMS Medan supaya dapat mengambil 3 point di Stadion Andi Mattalatta.
Bermain jadi tuan-rumah bikin yakin diri makin bertambah, baik dari Macan Kemayoran atau Juku Eja. Perselisihan satu point pada Persija Jakarta serta PSM Makassar tdk bikin anak arahan Robert Rene Alberts menipiskan kans juara Liga paling tinggi di Indonesia. Dilaksanakannya di hari yg sama semestinya dengan maksud biar tdk terdapatnya penyusunan score.
Diciderainya sepak bola Indonesia akhir - akhir ini lantaran penyusunan score atau Match Fixing terlihat tdk diremehkan. Tidak dapat disanggah, siapa saja 2 calon yg mentasbihkan dirinya sendiri jadi Juara Liga 1 Gojek 2018 bikin persepsi orang kalau "Juara karena penyusunan score".
Sepak bola Indonesia terlihat saat ini di ujung hidup serta mati. Di mulai dari pemain, staff dalam team, wasit, bahkan juga federasi sepakbola paling tinggi di Indonesia lantas terasanya "mengambil sisi" dalam masalah match fixing. Untuk tidak menyebabkan masalah baru, tetapi belum juga nampak kerja riil dari federasi paling tinggi yg punyai kekuasaan penuh. Lepas dari rangkap jabatan ketua PSSI, Edy Rahmayadi. Mesti dikerjakan investigasi lebih merampungkan masalah ini.
Berkaca pada Mata Najwa edisi "PSSI BISA APA?", banyak tokoh yg dikatakan jadi dalang di balik monitor serta sekarang belum juga ada juga kejelasan. Komite Eksekutif "EXCO" yg harusnya dianggap jadi agen penyelesaian soal, jadi turut serta dalam penyusunan score di sepak bola Indonesia buat tokoh - tokoh khusus. Nama Hidayat muncul saat Manajer Madura FC "membuka - bukaan" mengenai masalah suap yg dirasakannya. Tdk makan waktu lama, Hidayat sebagai anggota Komite Eksekutif mundur dari jabatan.
Susah bercampur sedih lihat sepak bola Indonesia yg ketinggal jauh dari kata prima. Kalau dibanding negara tetangga telah candu dapat mutu, Indonesia masih tetap mengatur match fixing.
Macan Asia masih tetap jadi mimpi besar buat generasi saat ini. Sepak bola Indonesia yg masih tetap punyai mutu standar terlihat harus masih berlatih lebih. " Kalau tdk punyai memiliki kekuatan istimewa, bermainlah dengan kegairahan" kata Jose Mourinho yg masih tetap mengatasi Chelsea saat berlabuh di Indonesia tahun 2013 yang lalu. Lihat dari pengucapan beliau serta lihat kenyataan yg ada, kekuatan istimewa serta kegairahan masih tetap belumlah ada saat banyak federasi serta pihak - pihak lainnya yg perihal belum juga bisa bebenah masalah - masalah yg menciderai Indonesia.
Kata menciderai difungsikan dikarenakan saya sangat percaya sepak bola Indonesia dapat sembuh serta bangun. Demikian serta terima kasih.
Comments
Post a Comment